Hampir setiap negara menerapkan penutupan sekolah penuh atau sebagian selama tahun 2020 sebagai upaya mengurangi penularan SARS-CoV-2 selama pandemi COVID-19. Secara global, diperkirakan 1,5 miliar anak dan remaja di bawah 20 tahun putus sekolah pada awal 2020 selama gelombang pertama COVID-19 (Februari/Maret hingga Mei/Juni 2020). Beberapa negara tidak sepenuhnya menerapkan pembelajaran tatap muka selama tahun 2020, dan banyak sekolah yang ditutup kembali pada awal tahun 2021 sebagai tanggapan terhadap varian baru SARS-CoV-2.
Penutupan sekolah sebagai bagian dari tindakan pembatasan aktivitas sosial yang lebih luas selama pandemi COVID-19 dapat dikaitkan dengan kesehatan dan kesejahteraan anak-anak dan remaja. Artikel ini merupakan systematic review berdasarkan sebelas journal database selama September 2020, dan machine learning diterapkan untuk menyaring artikel tersebut. Sebanyak 16.817 artikel disaring, 151 ditinjau dalam teks lengkap, dan 36 studi dimasukkan. Penilaian kualitas disesuaikan dengan jenis penelitian dan sebuah sintesis naratif hasil dilakukan karena data tidak memungkinkan meta-analisis.
Dalam studi ini didapatkan hasil bahwa selama gelombang pertama pandemi COVID-19, penutupan sekolah jangka pendek sebagai bagian dari tindakan pembatasan aktivitas sosial berdampak terhadap kesehatan mental dan perilaku yang merugikan anak-anak dan remaja.
Artikel ini telah dipublikasikan pada Januari 2022 di JAMA Pediatrics, selengkapnya KLIK DISINI