Reportase LiLA Keluarga – Pemberdayaan Keluarga untuk Deteksi Dini Wasting

Reportase

Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) FK–KMK UGM bekerjasama dengan UNICEF Indonesia, mendukung Kementerian Kesehatan RI dalam memperkuat upaya pemerintah untuk meningkatkan layanan pencegahan dan penanganan anak wasting dengan menyelenggarakan kegiatan Webinar Series, yang berjudul “LiLA Keluarga – Pemberdayaan Keluarga untuk Deteksi Dini Wasting” pada Kamis (10/8/2023). Narasumber dalam kegiatan ini berasal dari berbagai instansi. Narasumber pertama adalah dr. Rivani Noor, MKM yang menjabat sebagai Adminkes Ahli Muda, Direktorat Gizi dan KIA, Kementerian Kesehatan RI. Blandina Rosalina Bait selaku perwakilan UNICEF. Kemudian tim narasumber dari Provinsi NTB yaitu Muh. Johansyah; perwakilan dari Kasi Gizi dan Promkes Dinas Kesehatan Provinsi NTB, Ir. H. Rosiady Sayuti, M.Sc, Ph.D selaku Ketua Generasi Emas NTB, Sartini selaku perwakilan Kader Posyandu Lombok Utara dan Erni Fitri selaku perwakilan Ibu Balita dari Lombok Utara. Tim narasumber berikutnya yaitu dari Kabupaten Sukoharjo yang terdiri dari Sri Haryanti {Kabid Kesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo}, dr. Romdon Nugroho perwakilan dari Puskesmas Bendosari, Tri dan Etik merupakan perwakilan Kader Posyandu dan Ibu Balita di wilayah Bendosari. Kegiatan ini dipandu oleh Lutfiatul Chamidah, S.Gz selaku moderator.

Pemaparan pertama yaitu dari dr. Rivani Noor, MKM yang membahas Kebijakan Terkait Pencegahan dan Tata laksana Wasting dengan Fokus Penemuan Balita Wasting dan Mobilisasi Masyarakat. Empat komponen dalam Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi terdiri dari penggerakan peran serta aktif masyarakat, layanan rawat jalan bagi balita dengan gizi buruk tanpa komplikasi medis yang dilakukan di fasilitas Kesehatan primer, layanan rawat inap untuk gizi buruk dan layanan balita dengan gizi kurang. Pencegahan masalah gizi pada balita dan tata laksana sesuai standar yaitu deteksi dini dapat dilakukan dengan mengenali tanda dan bahaya gejala melalui deteksi dini di lingkungan rumah, PAUD, Posyandu, BKB, TK, RA, TPA. Kemudian pendekatan MTBS dan konseling kunjungan ulang di puskesmas, serta intervensi lebih lanjut dilakukan pada balita dengan komplikasi khusus di rumah sakit.

Blandina Rosalina Bait dari UNICEF menyampaikan upaya pemberdayaan keluarga untuk deteksi dini dan rujukan balita wasting. Tujuan utama UNICEF adalah memastikan tidak ada anak yang meninggal karena wasting melalui dua cara yaitu mengurangi angka anak yang menderita wasting serta meningkatkan jumlah anak wasting yang mendapatkan perawatan. Inovasi-inovasi dalam mobilisasi masyarakat, yang menjadi komponen dalam PGBT dilakukan melalui beberapa cara yaitu LiLA Keluarga dengan memberdayakan keluarga untuk deteksi dini dan rujukan balita wasting. Pendekatan ini selain mampu meningkatkan cakupan balita wasting yang ditemukan dan mendapatkan perawatan yang tepat, juga mampu meningkatkan kesadaran dan pengetahuan terkait wasting serta perilaku pencarian kesehatan untuk anak wasting.

Talkshow sesi pertama mengenai peran masyarakat dan implementasi pengukuran LiLA keluarga dalam deteksi dini wasting melalui pemberdayaan keluarga di NTB, integrasi pengukuran LiLA keluarga melalui program PARANA dan berbagi pengalaman terkait praktik pengukuran LiLA keluarga. Dalam talkshow ini terlihat betapa pentingnya kolaborasi, keterlibatan seluruh pihak dan kerjasama dalam upaya pencegahan dan tatalaksana wasting di Provinsi NTB melalui pendekatan LILA Keluarga.

Kemudian talkshow sesi kedua menampilkan narasumber dari Kabupaten Sukoharjo. Sri Haryati menyampaikan bahwa hingga saat ini Kabupaten Sukoharjo mengimplementasikan LiLA Keluarga pada 12 Puskesmas atau seluruh wilayah Sukoharjo, hasil modelling mencakup 158 nakes, 560 kader posyandu, 2732 pengasuh balita dilatih LiLA Keluarga. Untuk mendukung perawatan balita gizi buruk, 12 Tim Asuhan Gizi sudah mendapatkan orientasi Tatalaksana Gizi Buruk oleh UNICEF pada Mei 2022 dan menjadi satu-satunya kabupaten yang 100% puskesmas-nya mampu tatalaksana gizi buruk di Jawa Tengah.

Sementara itu dari sisi puskesmas yang diwakili oleh dr. Romdon Nugroho menyampaikan bahwa semua bidan desa di Kecamatan Mojolaban juga refresh pengetahuan dalam penanganan wasting dan stunting. Dalam hal pendanaan dan kebijakan, Puskesmas Bendosari banyak melakukan peningkatan kapasitas dalam menangani balita kekurangan gizi, contohnya seperti orientasi kader dalam penggunaan antromepetri, pemberian makan bayi dan anak serta membekali, bidan desa yang akan bertanggung jawab pada kegiatan posyandu, serta meneruskan informasi kepada Ka TP-PKK Desa untuk dapat menggerakkan kader posyandu.

Selain dari sisi pemerintah, hadir pula perwakilan dari Kader dan Ibu Balita yang menyampaikan bahwa tantangan yang dihadapi saat ini yaitu pita LiLA-nya kertas tipis jadi mudah rusak dan kesalahan dalam membaca angka di pita LiLA, karena milimeter juga harus dibaca. Namun demikian, manfaat pengukuran LiLA tetap diraasakan oleh ibu balita. Etik berpendapat dalam deteksi wasting mudah dilakukan hanya dengan melingkarkan ke lengan atas anak saya, mengukur setiap bulan dirumah, dan saat posyandu saya sampaikan ke ibu kader, untuk diukur ulang guna memastikan ketepatan pengukuran.

Reporter: Dian Puteri Andani


UNDUH MATERI

VIDEO REKAMAN