Prevalensi kehamilan yang tidak diinginkan di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kondisi sosial ekonomi, kehamilan di bawah umur, kehamilan yang tidak direncanakan, terbatasnya akses ke pelayanan keluarga berencana, serta aspek kepercayaan dan budaya. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), terdapat sekitar 7% kehamilan yang tidak diinginkan. Kehamilan yang tidak diinginkan menimbulkan tantangan yang signifikan, termasuk terjadinya kelahiran bayi dengan berat lahir rendah (BBLR), yang merupakan perhatian utama di Indonesia karena hubungan erat dengan kematian neonatal dan masalah kesehatan jangka panang. Studi ini menggunakan data sekunder dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 yang melibatkan 49.627 wanita berusia 15-49 tahun dan menargetkan 15.357 responden yang memiliki anak berusia 1-5 tahun. Setelah menerapkan kriteria eksklusi, seperti data berat lahir yang hilang atau tanggapan yang tidak lengkap, ukuran sampel akhir adalah 13.179 wanita.
Analisis data yang dipakai pada studi ini melibatkan regresi logistik berganda dan pemodelan persamaan struktural umum (GSEM) untuk memeriksa hubungan antara kehamilan yang tidak diinginkan dan LBW, dengan kelengkapan ANC sebagai faktor mediasi. Hasilnya menunjukkan bahwa kehamilan yang tidak diinginkan tidak terkait langsung dengan LBW, tetapi efeknya dimediasi oleh ANC yang tidak lengkap, menyoroti pentingnya intervensi ANC yang memadai dan dukungan keluarga dalam mengurangi hasil kehamilan yang merugikan. Temuan ini menggaris bawahi pentingnya intervensi ANC yang memadai dan dukungan keluarga yang positif dalam mencegah hasil buruk yang terkait dengan kehamilan yang tidak diinginkan. Studi ini menyimpulkan bahwa memperkuat layanan ANC dan meningkatkan dukungan keluarga dapat mengurangi konsekuensi negatif dari kehamilan yang tidak diinginkan, sehingga meningkatkan hasil kesehatan ibu dan anak di Indonesia.
Artikel ini telah dipublikasikan pada September 2024 di Heliyon Journal, selengkapnya KLIK DISINI