Menyusui memberikan manfaat kesehatan dan sosial ekonomi jangka pendek dan jangka panjang bagi ibu dan bayi. Menyusui telah diidentifikasi sebagai hal yang penting dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/ SDGs) yang bertujuan untuk mencapai 50% pemberian ASI eksklusif hingga usia 6 bulan pada tahun 2025. Meskipun ASI sangat bermanfaat, namun terdapat penurunan dramatis dalam prevalensi pemberian ASI dalam enam minggu pertama kelahiran, terutama di negara-negara berpenghasilan tinggi. Alasan ibu menghentikan pemberian ASI karena nyeri fisik, suplai ASI yang dianggap tidak mencukupi, dan pemberian ASI yang tidak sesuai dengan kehidupan keluarga dan atau pekerjaan. Meskipun faktor fisiologis dan psikososial yang kompleks memengaruhi praktik pemberian ASI, bukti juga menunjukkan bahwa ibu yang mengalami depresi pascanatal mungkin berisiko lebih besar untuk menghentikan pemberian ASI dini.
Kondisi kesehatan mental perinatal (PMH) adalah penyakit mental yang terjadi selama kehamilan dan hingga satu tahun setelah kelahiran dan mencakup berbagai kondisi seperti depresi, kecemasan, gangguan obsesif kompulsif, gangguan stres pascatrauma (PTSD), gangguan bipolar, psikosis pascapersalinan, gangguan makan, dan gangguan kepribadian. Kondisi-kondisi ini dikaitkan dengan peningkatan morbiditas dan merupakan penyebab utama kematian ibu di negara-negara berpenghasilan tinggi. Secara global diperkirakan bahwa antara 15 dan 25% wanita mengalami penyakit mental selama periode perinatal, baik sebagai kondisi baru atau sebagai kekambuhan dari kondisi yang sudah ada sebelumnya. Menyusui diketahui memiliki manfaat psikologis, seperti meningkatkan suasana hati dan melindungi ibu dari depresi pascapersalinan, meningkatkan perkembangan sosial emosional pada anak, dan memperkuat ikatan ibu-anak.
Artikel ini telah dipublikasikan pada September 2024 di BMC Pregnancy and Childbirth, selengkapnya KLIK DISINI