Reportase Webinar Wasting pada Anak: Konsekuensi Kesehatan dan Intervensi Efektif Berbasis Masyarakat

Reportase

PKMK UGM – Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (PKMK FK-KMK UGM) bekerja sama dengan UNICEF Indonesia menyelenggarakan webinar dalam rangka hari anak Nasional, yang bertajuk “Wasting pada Anak: Konsekuensi Kesehatan dan Intervensi Efektif Berbasis Masyarakat” pada Selasa (30/7/2024). Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka Hari Anak Nasional. Acara diselenggarakan secara daring melalui zoom meeting dan live streaming Youtube dengan menghadirkan beberapa narasumber, yaitu Kanthi Permaningtyas Tritisari, S.Gz, MPH (Universitas Brawijaya), Dr. Muhtar, SKM, M. Kes dari Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes . Selain itu, terdapat juga dua pembahas, yaitu dr. Rivani Noor, M.K.M dari Direktorat Gizi dan KIA, Kementerian Kesehatan RI, dan Dr. Siti Helmyati dari Dosen Departemen Gizi Kesehatan FK-KMK UGM.

Kegiatan webinar ini dimoderatori oleh Alifia Mukti Fajrani. Alifia Mukti Fajrani. selaku moderator memimpin sesi pemaparan webinar

Narasumber pertama, yaitu Kanthi Permaningtyas Tritisari, S.Gz, MPH., membahas Situasi dan Penanganan untuk Balita yang Mengalami Wasting. Wasting merupakan kondisi kekurangan gizi yang ditandai dengan penampilan fisik anak yang kurus dibandingkan tinggi badannya, disebabkan oleh penurunan berat badan drastis dan tidak naik sesuai harapan. Data UNICEF menunjukkan prevalensi wasting di Indonesia sangat tinggi, bahkan salah satu yang tertinggi di dunia, dengan peningkatan prevalensi pada 2022 dibandingkan 2021. Penyebab utama wasting meliputi asupan makanan yang tidak memadai, gangguan penyerapan, peningkatan kebutuhan metabolisme, dan penyakit.

Konsekuensi jangka pendek dari wasting adalah peningkatan kematian pada anak, sementara dampak jangka panjangnya mencakup masalah pertumbuhan, penurunan kemampuan intelektual, produktivitas ekonomi, dan risiko penyakit lainnya. Klasifikasi status gizi anak menurut WHO menggunakan indikator seperti Lingkar Lengan Atas (LILA), BB/TB atau BB/PB, dan edema bilateral. Pengelolaan gizi buruk meliputi mobilisasi masyarakat, pelayanan rawat jalan dan rawat inap, serta konseling Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA). Prinsip utama pengelolaan mencakup akses dan cakupan layanan, pemantauan kasus dini, tatalaksana sesuai pedoman, dan pengobatan yang mencakup rawat inap dan rehabilitasi. Integrasi lintas sektor diperlukan untuk mengatasi faktor sosial dan ekonomi yang mendasari wasting.

Narasumber kedua yaitu Dr. Muhtar, SKM, M. Kes dari Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes membahas tentang Pendekatan Multisektoral dalam Penanganan Wasting. Muhtar menceritakan bahwa Kabupaten Brebes menggunakan pendekatan multisektoral untuk menangani wasting pada balita melalui kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan di bidang kesehatan, gizi, dan pembangunan. Berkat upaya ini, prevalensi stunting menurun cukup signifikan pada 2022-2023, yaitu sebesar 7,5%. Langkah-langkah strategis yang diterapkan oleh kabupaten Brebes meliputi identifikasi masalah, koordinasi lintas sektoral, implementasi program berbasis bukti, pemantauan pertumbuhan balita, pemberian makanan tambahan, serta edukasi bagi keluarga.

Peran aktif masyarakat, seperti kader posyandu, ibu rumah tangga, dan tokoh masyarakat, sangat penting dalam program-program seperti GASPOL yang menyuarakan pentingnya gizi dan kesehatan anak. Dukungan pemerintah daerah melalui alokasi anggaran dan kebijakan pendukung, serta kolaborasi dengan pihak swasta dan organisasi masyarakat sipil, memberikan sumber daya dan inovasi tambahan turut berkontribusi besar dalam penanganan masalah Wasting di daerah tersebut. Selain itu, turut dilakukan pemantauan dan evaluasi berkelanjutan, bersama riset dan teknologi pemantauan gizi untuk menurunkan angka wasting di Kabupaten Brebes. Meskipun angka wasting di Brebes masih tinggi, pendekatan multisektoral diharapkan dapat mencapai target nasional pada 2024 dan menurunkan angka wasting lebih lanjut.

Peran aktif masyarakat, seperti kader posyandu, ibu rumah tangga, dan tokoh masyarakat, sangat penting dalam program-program seperti GASPOL yang menyuarakan pentingnya gizi dan kesehatan anak. Dukungan pemerintah daerah melalui alokasi anggaran dan kebijakan pendukung, serta kolaborasi dengan pihak swasta dan organisasi masyarakat sipil, memberikan sumber daya dan inovasi tambahan turut berkontribusi besar dalam penanganan masalah Wasting di daerah tersebut. Selain itu, turut dilakukan pemantauan dan evaluasi berkelanjutan, bersama riset dan teknologi pemantauan gizi untuk menurunkan angka wasting di Kabupaten Brebes. Meskipun angka wasting di Brebes masih tinggi, pendekatan multisektoral diharapkan dapat mencapai target nasional pada 2024 dan menurunkan angka wasting lebih lanjut.

Pembahas yang pertama, yaitu dr. Rivani Noor, M.K.M dari Direktorat Gizi dan KIA, Kementerian Kesehatan RI mengungkapkan bahwa masalah wasting di Indonesia cukup serius dengan 45 juta balita mengalami wasting global, 24 juta di antaranya berada di Asia Selatan. Meskipun angka prevalensi sempat menurun, terjadi kenaikan pada 2023, dengan target penurunan menjadi 7% pada 2024 dari yang sebelumnya 2023 sebesar 8,5% sebelumnya. Wasting diukur menggunakan parameter Berat Badan menurut Panjang/Tinggi Badan dan Lingkar Lengan Atas. Pencegahan dilakukan melalui Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) yang meliputi Inisiasi Menyusu Dini, ASI eksklusif, makanan pendamping ASI, dan melanjutkan pemberian ASI hingga dua tahun. Mulai 2024, pemantauan MPASI dilakukan oleh kader dengan penekanan pada keragaman MPASI. Pengelolaan gizi buruk terintegrasi melibatkan masyarakat dengan penanganan gizi buruk rawat jalan dan tambahan makanan lokal sesuai rekomendasi WHO. Intervensi dilakukan di puskesmas, posyandu, dan rumah sakit dengan prinsip bahwa PMT tidak menggantikan makanan utama. Upaya perbaikan meliputi deteksi holistik dan pembaruan pedoman pencegahan dan tatalaksana gizi buruk.

Pembahas yang kedua, yaitu Dr. Siti Helmyati, DCN., M.Kes dari FK-KMK UGM menjelaskan bahwa wasting dan stunting cukup berbeda dikarenakan wasting merupakan masalah gizi akut sedangkan stunting masuk ke dalam masalah gizi kronis. Wasting dapat meningkatkan risiko stunting hingga tiga kali lipat dan berujung pada kematian jika tidak ditangani. Faktor risiko wasting termasuk ketahanan pangan, pola konsumsi anak, lingkungan, dan pelayanan kesehatan. Strategi pencegahan mencakup kebijakan nasional, program promosi, sumber daya untuk manajemen malnutrisi, dan integrasi kegiatan kesehatan. Rencana aksi global UNICEF 2021 menargetkan prevalensi wasting kurang dari 5% pada 2025 dan kurang dari 3% pada 2030, dengan prinsip promosi, reposisi, prioritas, dan dorongan. Mobilisasi masyarakat melalui posyandu dan kolaborasi lintas sektor, termasuk pemerintah, media, akademisi, dunia usaha, dan masyarakat, sangat penting untuk menangani wasting secara efektif dan berkelanjutan.

Reporter: Hasna (PKMK UGM)


Materi Kegiatan Silahkan Klik DISINI

Rekaman Kegiatan