Selama hamil, ibu akan mengalami penurunan kulitas tidur terutama di trimester ketiga. Namun demikian, penurunan kualitas tidur sering diabaikan oleh dokter maupun oleh ibu sendiri karena kualitas tidur umumnya dianggap akan membaik setelah melahirkan. Padahal gangguan tidur dapat berlanjut selama periode postpartum dan bahkan menjadi kronis. Gangguan tidur yang sering terjadi selama kehamilan adalah insomnia primer, sleep disordered breathing (SDB) atau gangguan pernapasan saat tidur dan Restless legs syndrome (RLS) atau sindrom kaki gelisah. Gangguan tidur biasanya menyebabkan kurang tidur dan kantuk di siang hari, kelelahan, kesulitan kognitif dan meningkatkan risiko kecelakaan. Penyebab gangguan tidur selama kehamilan adalah multifaktorial, dan mungkin berhubungan dengan kondisi fisik (hiperemesis, nyeri sendi dan punggung, mulas, hidung tersumbat, masalah termoregulasi, kontraksi, gerakan janin, posisi tidur yang tidak nyaman atau tidak biasa, mimpi dan mimpi buruk) dan mental (terutama depresi dan kecemasan). Kualitas tidur yang buruk telah terbukti terkait dengan peningkatan risiko komplikasi seperti diabetes gestasional, persalinan prematur, persalinan lama, dan peningkatan risiko operasi caesar. Meskipun gangguan tidur sering terjadi selama kehamilan, penelitian yang mengevaluasi alasan dan akibat dari gangguan tidur ibu serta keamanan dan kemanjuran pengobatan masih sedikit.
Kualitas tidur yang baik berpengaruh terhadap kualitas hidup dan kondisi kesehatan yang baik sehingga penelitian terkait hal ini sangat diperlukan.
Artikel ini telah dipublikasikan pada Maret 2022 di Acta Obstetricia et Gynecologica Scandinavica, selengkapnya KLIK DISINI