Sejak COVID-19 dinyatakan sebagai darurat kesehatan masyarakat internasional, anak-anak dan remaja di seluruh dunia telah mengalami gangguan dramatis dalam kehidupan sehari-hari mereka. Mereka mengalami isolasi sosial bersamaan dengan penutupan sekolah, perintah karantina, peningkatan stres keluarga, dan penurunan interaksi teman sebaya. Semua hal-hal ini dapat menjadi pencetus potensial dari tekanan psikologis dan gangguan kesehatan mental di masa muda. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa prevalensi global penyakit mental anak dan remaja telah meningkat pesat selama COVID-19.
Artikel ini bertujuan untuk memastikan perkiraan yang lebih tepat tentang prevalensi global anak dan remaja yang mengalami gejala depresi dan kecemasan selama COVID-19. Selain itu, untuk membandingkan tingkat depresi dan kecemasan saat prapandemi dan memeriksa apakah faktor demografi (usia, jenis kelamin), geografis, atau metodologis (titik waktu pengumpulan data pandemi) dapat menjelaskan variasi dalam tingkat prevalensi di seluruh penelitian.
Artikel ini menggunakan random effect meta analysis yang hasilnya menunjukkan bahwa 1 dari 4 remaja di seluruh dunia mengalami gejala depresi yang meningkat secara klinis, sementara 1 dari 5 remaja mengalami gejala kecemasan yang meningkat secara klinis pada tahun pertama pandemi. Perawatan kesehatan mental untuk anak dan remaja sangat diharapkan dan alokasi sumber daya untuk mengatasi masalah kesehatan mental anak dan remaja merupaka hal yang sangat penting. Artikel ini telah dipublikasikan pada Agustus 2021 di Jama Pediatrics, selengkapnya Klik Disini