Yogyakarta – Peneliti dari Kelompok Kerja Genomic Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM dr Gunadi PhD menduga lonjakan kasus positif COVID-19 dan anak-anak sejak Juni lalu dipengaruhi karena varian delta atau B1617.2 asal India.
Makanya, saat ini, FK-KMK UGM tengah meneliti Whole Genome Sequencing (WGS) dari sampel kasus positif di DIY.
“Kita belum bisa mengatakan itu susah masuk. Karena dengan mobilitas yang sulit ya sekarang ini, ada orang luar masuk ke Jogja, orang Jogja keluar ini meningkatkan peluang-peluang terjadinya transmisi,” kata Gunadi, usai rapat bersama dengan Pemda DIY di Komplek Kepatihan, Kantor Gubernur DIY, Kemantren Danurejan, Senin 21/6/2021).
Ia menjelaskan, saat ini dari hasil penelitiannya, varian delta yang berasal dari India telah menyebar di DKI Jakarta, Karawang, Kudus, dan Bangkalan, Madura. Untuk sampel dari Sleman yang penularannya pada Mei lalu sudah dinyatakan negatif.
“Yang sampel DIY ada 30 bersama dengan 20 sampel anak-anak sesuai permintaan Kemenkes,” jelasnya.
Untuk sampel tersebut, 20 berasal dari Soloraya yang merupakan permintaan dari Kementerian Kesehatan. Sedangkan 30 sampel merupakan genome dari kasus positif di DIY.
“Karena selama ini jarang anak-anak yang positif. Meski orang tuanya swab positif. Sekarang banyak yang anak-anak positif hasil dari kontak tracing orang tuanya,” jelasnya.
Kasus positif anak-anak ini, lanjut Gunadi, sebenarnya malah berbahaya. Sebab, mereka bisa menjadi pembawa virus karena jarang anak-anak yang memakai masker.
“Seharusnya anak-anak tetap menggunakan masker karena mereka bisa menjadi pembawa. Ini yang bahaya, mungkin mereka kuat karena imun tubuh anak-anak kuat, tapi orang tua,” jelasnya.
Kondisi itu, kata Gunadi, yang mendorong Kemenkes untuk meneliti. Apakah memang karena varian delta atau bukan?
“Kami menunggu sampel dari Soloraya agar nanti sekali penelitian 50 sampel bisa terisi,” ujarnya.
Sumber: detik.com