Reportase Webinar Hari Ibu Perempuan Indonesia Berdaya: Bersama Selamatkan Perempuan Indonesia dengan Pendekatan Transformasi Kesehatan

Reportase Webinar Hari Ibu Perempuan Indonesia Berdaya: Bersama Selamatkan Perempuan Indonesia dengan Pendekatan Transformasi Kesehatan

Artikel Mingguan Reportase

PKMK-Yogyakarta. PKMK FK-KMK UGM mengadakan webinar bertajuk “Perempuan Indonesia Berdaya: Bersama Selamatkan Perempuan Indonesia dengan Pendekatan Transformasi Kesehatan” dalam momentum Hari Ibu (22/12/2025). Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kesadaran, pemahaman, dan kolaborasi lintas sektor dalam meningkatkan kesehatan perempuan Indonesia. Webinar ini dipandu oleh Monita Destiwi, MA dan menghadirkan Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, Ph.D sebagai narasumber, serta Prof. dr. R. Detty Siti Nurdiati Z., MPH, Ph.D, Sp.OG (K) dan Dr. dr. Prita Muliarini, Sp.OG, Subsp.Obginsos (K), M.H., M.M., FISQua sebagai pembahas.

Sesi dibuka oleh Prof. Laksono yang membahas pendekatan ekosistem wilayah dan transformasi kesehatan dalam kesehatan ibu. Data nasional menunjukkan angka kematian ibu (AKI) dan kejadian kasus kanker serviks yang masih tinggi. Narasumber memaparkan konsep ekosistem kesehatan ibu yang melibatkan kolaborasi multilevel dari individu, keluarga, SDM kesehatan, organisasi masyarakat, hingga pembuat kebijakan. Hal ini menciptakan sistem di mana penurunan kematian ibu merupakan suatu bagian dari gerakan sosial, bukan domain satu pihak saja. Adopsi digitalisasi juga dinilai penting dalam mendukung pembuatan kebijakan yang berbasis data lokal dengan agenda yang berkesinambungan.

Pada kesempatan ini, Monita menjelaskan penggunaan platform Dashboard Sistem Kesehatan (DaSK) yang dapat diakses pada laman Kebijakan Kesehatan Indonesia (https://kebijakankesehatanindonesia.net/). Platform ini mengintegrasikan data kematian ibu dan kanker serviks di tingkat kabupaten/kota, sehingga dapat memudahkan analisis kebijakan, pemantauan tren, dan penyusunan rencana berbasis enam pilar transformasi kesehatan. Pada sesi ini juga dipaparkan studi kasus salah satu kabupaten di Jawa Barat oleh dr. Dzikri Fadhilah sebagai tim konsultan muda dari HPM FK-KMK UGM.

Dzikri menjelaskan tahapan diagnosis, root cause analysis, pemetaan stakeholder, dan perencanaan intervensi terintegrasi yang menargetkan penurunan AKI sebesar 50 persen. Program berfokus pada penguatan SDM, pembuatan SOP, dan monitoring digital. Pihaknya juga menyampaikan adanya potensi kolaborasi dengan pihak swasta sebagai alternatif sumber pendanaan.

Sesi selanjutnya membahas perspektif klinis oleh Prof Detty. Pihaknya menyoroti tantangan akses dan kualitas layanan kesehatan ibu di lapangan. Beliau menekankan banyaknya kasus kematian ibu yang disebabkan oleh komplikasi yang dapat dicegah lewat skrining dan deteksi dini. Persebaran dan kompetensi tenaga medis, khususnya dokter Sp.OG, masih belum optimal, sehingga perlu redistribusi, pelatihan, dan penerapan sistem wajib kerja dalam sistem pendidikan. Dalam hal ini, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) mencanangkan program Selamatkan Perempuan Indonesia (SPRIN) yang mencakup edukasi remaja dan dewasa, suplementasi MMN, perencanaan dan pengawalan kehamilan, serta inovasi digital seperti smartband dan aplikasi pemantauan kehamilan.

Paparan terakhir disampaikan oleh dr Prita mengenai upaya pencegahan dan pengendalian kanker serviks. Paradigma penanganan kanker serviks harus bergeser dari kuratif ke preventif dan patient-centered care yang holistik. Tantangan yang dihadapi saat ini antara lain rendahnya partisipasi masyarakat dalam skrining, kurangnya kapasitas SDM, dan terbatasnya akses layanan kesehatan. Pihaknya menyoroti pentingnya memperkuat layanan primer dan membangun jejaring kolaborasi lintas sektor.

Sesi diskusi membahas pentingnya penguatan sistem KIA yang berbasis konteks daerah. Para narasumber menegaskan bahwa setiap kabupaten/kota memiliki tantangan yang berbeda, sehingga pendekatan one size fits all tidak relevan. Peran dokter Sp.OG sebagai penggerak di daerah dinilai penting dalam membangun sistem yang efektif. Selain itu, kolaborasi lintas profesi dan dukungan pemerintah daerah menjadi kunci, mengingat ketersediaan tenaga spesialis belum tentu sejalan dengan kesiapan layanan jika tidak didukung sumber daya dan fasilitas yang memadai.

Diskusi juga menekankan bahwa tidak ada satu intervensi tunggal yang paling realistis untuk diterapkan secara nasional dalam waktu singkat. Penguatan sistem harus dimulai dari analisis akar masalah di masing-masing daerah, disertai peningkatan engagement dan empowerment pemangku kepentingan di layanan primer. Penutup sesi menegaskan bahwa realisasi RIBK berbasis kabupaten/kota perlu dipandang sebagai proses pembelajaran berkelanjutan untuk membangun sistem KIA yang lebih responsif dan berkelanjutan dalam menurunkan kematian ibu. Materi kegiatan silahkan klik DISINI


Reporter: dr. Garin Frige Janitra (PKMK FK-KMK UGM)

VIDEO REKAMAN