Lebih dari 10% bayi yang lahir di AS lahir prematur dan harus rawat inap di rumah sakit selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Hal ini menyebabkan keluarga mengalami keterbatasan dalam frekuensi dan kuantitas perawatan yang dapat mereka berikan kepada bayi selama masuk ke unit perawatan intensif neonatal (NICU). Hambatan individu dan sistemik terhadap keterlibatan termasuk stres dan trauma akibat kelahiran prematur, lingkungan fisik NICU, faktor stres dan sosio ekonomi membatasi kemampuan keluarga untuk terlibat dalam perawatan yang berpusat pada keluarga.
Beberapa penelitian kualitatif telah mengidentifikasi hambatan terhadap perawatan yang berpusat pada keluarga termasuk tanggung jawab pengasuhan dan kurangnya dukungan keluarga. Namun, di antara keluarga yang secara geografis terpaksa meninggalkan rumah selama bayi mereka dirawat di NICU, hanya sedikit yang diketahui secara spesifik mengenai dampak jarak terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan orang tua untuk hadir secara fisik dalam memberikan perawatan kepada bayi mereka di NICU.
Memahami hambatan spesifik terhadap keterlibatan orang tua di NICU adalah kunci untuk mengatasi tantangan ini melalui intervensi berbasis rumah sakit. Tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah untuk mengeksplorasi dampak jarak dari rumah ke rumah sakit terhadap keterlibatan orang tua dari bayi prematur di NICU. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa faktor individu, lingkungan dan masyarakat berperan dalam mempengaruhi keterlibatan orang tua terhadap perawatan bayi di NICU. Jarak rumah yang jauh dari rumah sakit dapat menjadi suatu hambatan.
Oleh karena itu, diperlukan akses terhadap teknologi dan peningkatan komunikasi seputar pemulangan pasien pada keluarga. Dengan teridentifikasinya kesenjangan ini, terdapat peluang bagi intervensi berbasis rumah sakit untuk meningkatkan keterlibatan orang tua pada perawatan bayi di NICU.
Artikel ini telah dipublikasikan pada September 2023 di Children Journal, selengkapnya https://www.mdpi.com/2227-9067/10/9/1576