Hasto juga menyampaikan bahwa ketika berbicara mengenai root cause analysis, maka sebenarnya terdapat faktor yang berpengaruh terhadap kematian yakni faktor jauh, kebijakan, demografi. Di Kulon Progo untuk kemampuan SDM dalam menangani kasus patologis dinilai sudah cukup. Disampaikan juga bahwa berbagai kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah Kulon Progo yakni dengan menambah fasilitas rujukan dan terdapat puskemsmas hingga total terdapat 15 puskesmas, artinya Pemda Kulon Progo sudah melakukan upaya dalam meningkatkan pelayanan KIA. Seluruh puskesmas sudah BLUD agar puskesmas bisa belanja sendiri tanpa harus lapor dinas kesehatan dan bisa mengangkat tenaga bidan sendiri serta uang dari BPJS dapat dikelola sendiri dan tidak disetorkan ke Pemda. Pemda hanya menerima laporan pertanggungjawabannya.
Beberapa rencana aksi juga telah dilakukan untuk KIA yakni menaikkan kebijakan fiskal, mengutamakan PONEK dan PONED, membangun tim yang kuat untuk membangun visi bersama, menggiatkan KB, kampanye menunda pernikahan, meningkatkan keterampilan SDM PONEK dan PONED. Terdapat program Menuju Persalinan Sehat (MPS) dengan membuat jejaring, membuat buku tentang kesehatan Kespro dan dimasukkan dalam intrakulikuler di sekolah melalui kerja sama dengan dokter-dokter yang ada. Dalam perjalanan program KIA yang ada di kabupaten tidak lepas dari hambatan, baik dalam membangun sistem, meskipun kebijakan sudah ada, ada Perda, Pergub, di puskesmas seluruh layanan digratiskan namun harus terus diupayakan meningkatkan pelayanan KIA. Hasto juga menyampaikan mengenai hambatan dalam dialog yang dianggap masih kurang pelaksanannya dan lebih banyak melakukan diskusi. Padahal dialog akan menghasilkan pandangan baru dalam pelayanan KIA dan diskusi akan menghasilkan keputusan/ konklusi sehingga terbit Perda. Perlu ada keseimbangan antara dialog dan diskusi.
Materi selanjutnya disampaikan oleh Prof. dr. Ova Emilia, M. Med. Ed., SpOG (K)., PhD dengan memberikan pemahaman mengenai Root Cause Analysis, Ovamenyampaikan bahwa banyak poin dalam KIA yang banyak tenaga kesehatan pura-pura tidak tahu baik dari sisi masyarakat, provider, ataupun pengambil kebijakan. Beberapa prinsip bisa dilakukan dengan mengetahui apa yang menjadi masalah. Mungkin kebijakan masa lalu yang menjadi masalah namun jangan pernah sebuah tim menyalahkan masa selalu karena mungkin kebijakan yang lalu juga merupakan kebijakan yang terbaik.
Ova juga, menekankan bahwa leadership itu seninya, dalam SLLO tidak hanya mengerjakan masalah yang tampak. Terkadang sebab akibat tidak bisa dilihat bersamaan, ada kematian yang efek dan penyebab tidak dalam satu tempat dan waktu yang sama, sehingga sebagai leader harus mampu memproyeksikan masalah yang mungkin muncul.
Dekan FKKMK UGM ini juga menjelaskan dalam RCA kita akan mencari mana yang paling besar daya ungkitnya, sehingga dalam SLLO kita mempunyai prinsip sesuatu yang menjadi penyebab harus dirangkul dan sistem yang ada harus diperbaiki, dalam aspek itu, harus bersama-sama memasukkan dalam program yang ada. Penjabaran yang disampaikan dalam RCA yang disampaikan oleh Prof Ova, dengan melihat penyebab suatu kejadian terkait definisi dari masalah, mencari penyebabnya. Setelah mencari penyebab, dan penyebabnya banyak maka kita akan mencari sampai pada jawaban tidak tahu sehingga tidak ada lagi root di bawahnya yang menjadi penyebab masalahnya. Minimal harus ada 5 penyebab sampai kita menemukan jawabannya bahwa kita tidak mengerti. Ditelusur sampai dapat jawaban tidak tahu. Kemudian membuat pohon penyebab, rentetan penyebab itu bisa jadi terhubung satu sama lainnya. Sehingga kita bisa melihat kejadian di lapangan seperti apa sehingga dapat dilihat tingkat penyebab langsung atau bersifat kausalistik.
Beberapa tindak lanjut kegiatan seminar dan workshop adalah munculnya usulan Plan of Action (PoA) untuk mendukung strategi yang tepat dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi yakni ke depan, akan dibentuk satu community of practice yang menghubungkan semua peserta dalam minat yang sama. Selanjutnya diharapkan ada pertemuan terkait training leadership bagi dokter ahli kandungan di wilayah, pertemuan untuk penyusunan manual rujukan baik tatap muka maupun online, penyusunan care pathway untuk pelayanan kesehatan ibu dan anak, pelaksanaan audit maternal perinatal yang efektif.(Andriani Yulianti, MPH)